THE CLOCK IS TICKING

pernahkah kalian merasa waktu berjalan begitu cepat?

itulah yang aku rasakan sekarang. tiba-tiba aku sudah berada di tahun terakhirku sebagai seorang pelajar. dengan semua beban ekstra yang ada, waktu dua puluh empat jam dalam sehari rasanya kurang. belakangan ini, hari-hariku selalu dipenuhi dengan memikirkan tentang masa depan. jurusan apa yang mau aku geluti, perguruan tinggi apa yang hendak aku kejar.

setiap kali ada kumpul-kumpul keluarga, pasti semua orang bertanya, “wah felis, udah kelas tiga ya? udah tau mau kuliah apa? mau masuk universitas mana?” yang biasanya saya tanggapi dengan senyum mesem-mesem sambil bergumam “belom tau om, tante.”

“kamu masuk hukum aja, biar kayak tante nia. itu ko thomas sama ko jeremy masuk hukum juga. biar sekalian enak, koneksinya juga udah ada.”

“mama sih terserah kamu mau ke mana, cuma kalo bisa mama sih maunya kamu di universitas indonesia aja lah. kamu bisa pulang hari, naek kereta. biar gak jauh-jauh amat sama mama. takutnya ntar kamu malah jadi gak bener.”

belom lagi kung-kung yang suka menambahkan, “lu belajar yang bener, apply scholarship ke china, bagus itu di china. anak-anak di china, disiplin. hormat orang tua. china mah hebat…” (biasanya di bagian ini aku sudah geleng-geleng kepala, this is gonna be a long one)

maka dari itu, untuk menghindari lebih banyak pertanyaan dan sesi ceramah, aku membiasakan diri untuk menjawab, “kayaknya mau ngambil hukum. insya allah, universitas indonesia.” setiap kali aku berkata seperti itu, aku pun tidak tahu apakah aku sedang meyakinkan mereka, atau meyakinkan diriku sendiri.

1440156873340.jpg

bingung menentukan arah masa depan

tapi deep down, aku tidak mau masuk perguruan tinggi negeri. di angkatanku, semua orang berlomba-lomba (ada beberapa yang agak fanatik, menurutku) untuk masuk ke perguruan tinggi negeri yang mereka inginkan. i am the type of person who doesn’t like competitioni prefer being the big fish in a small pond, rather than being the small fish in a big pond. maksudnya, aku mending masuk universitas yang biasa-biasa aja tapi disana aku jadi anak pinter dan menonjol, daripada aku masuk universitas yang bagus banget tapi aku jadi anak yang biasa-biasa aja.

inilah yang membuatku menjadi ingin untuk mencari scholarship ke luar negeri, preferably ke jepang. terlebih lagi, di salah satu universitas di jepang yang menawarkan cukup banyak scholarship, ada sebuah jurusan yang menurutku lebih appealing daripada hukum; yaitu international relations and peace studies.

ketika aku menyuarakan pikiranku ini kepada beberapa orang, ada dari mereka yang berkata, “gak mending hukum aja? itu kok agak aneh jurusannya, gak pernah denger. ntar susah lho cari kerjanya.”

bohong jika aku berkata bahwa aku tidak takut akan apa yang menantiku di tahun-tahun yang akan datang ini. namun aku percaya, if you do what you love, justru nanti kerjaannya sendiri yang bakal menghampiri. as cliché as this sounds, you only have one life. make this count. aku tidak mau membuat sebuah keputusan yang akan aku sesali nanti, enam puluh tahun lagi ketika aku hanya bisa terduduk di kursi goyang, “yah, seharusnya dulu aku…”

aku setiap malam berdoa, bertanya kepada Tuhan, apa yang ingin Ia lakukan dalam hidupku. bagaimana Ia ingin berkarya melalui aku. aku bukan orang yang bisa literally mendengar suara Tuhan gitu, tapi aku rasa sekarang aku mulai mendapat gambarannya.

aku bukanlah orang yang money-oriented. uang bukan merupakan prioritas utama dalam hidupku. aku hanya ingin membuat hidupku bermakna dengan menjadi berguna untuk orang lain. aku ingin menegakkan keadilan agar akhirnya kita bisa mencapai sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kedamaian.

Tuhan, semoga bener ya.

Leave a comment